Gili Labak.
Dua kata yang terdengar asing di telinga. Kalau dengar kata "gili" memang identik dengan Lombok seperti Gili Trawangan, Gili Meno, Gili Air dll tapi Gili Labak ini berada jauh dari Lombok. Madura. Iya, Madura tepatnya di Sumenep merupakan tempat keberadaan pulau Gili Labak yang indah ini. Suatu pulau kecil yang sangat indah serta bebas dari polusi dan hanya dihuni sekitar 30an kepala keluarga.
Rencana buat trip ke pulau kecil
ini udah beberapa bulan lalu sebelum pergi ke
Kawah Wurung tapi baru kesampaian bulan Oktober 2014. Kali ini pergi sama
temen yang kemarin pergi ke kawah Wurung ditambah temen dari Malang juga.
Berangkat dari Malang jam 5 pagi
menuju ke Terminal Bungurasih di Surabaya buat janjian sama temen-temen yang
lain. Rencana sih jam 7an berangkat ke
Sumenep tapi karena ada kendala kendaraan yaitu ELF yamg disewa ga bisa dipakai
jadilah ada beberapa teman yang terpaksa naik bus menuju Sumenep. Jadi ada 2
mobil dan sisanya naik bus. Baru sekitar jam 9 dan semua masalah teratasi
barulah melanjutkan perjalanan menuju Sumenep. Untuk ke Madura bakalan melewati
jembatan Suramadu, keren juga jembatan ini. Dari jembatan ini menuju ke Sumenep
membutuhkan waktu sekitar 4 jam. Sekitar jam 1 siang sampai juga di Sumenep,
istirahat bentar dan makan siang dulu. Kemudian menjemput teman yang berangkat
menggunakan bus di terminal dan menunggu Elf yang disewa dari Sumenep.
Setelah siap semua maka kembali
melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan Kalianget buat nyebrang ke Pulau
Talango. Jadi kalau mau ke Gili Labak bisa langsung dari Pelabuhan Kalianget
dan langsung naik perahu menuju Gili Labak tapi butuh waktu sekitar 2 jam
perjalanan laut. Bisa juga melewati Pulau Talango, dari Pelabuhan Kalianget
nyebrang sekitar 5 menit menggunakan tongkang yaitu semacam perahu agak gede
yang bisa mengangkut kendaraan juga terus nyebrang ke Gili Labak dari Talango.
Setelah nyebrang ke Talango masih butuh waktu 30 menit perjalanan darat untuk
sampai ke tempat penyeberangan di Talango terus baru nyebrang pake perahu
nelayan dan membutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk sampai di Gili Labak. Jadi
terserah mau milih rute yang mana untuk mencapai Gili Labak.
Rencananya mau nyebrang ke Gili
Labak sore jadi bisa menikmati sunset yang indah disana tapi keadaan berkata
lain. Kesasar. Iya salah ngambil jalan dan kesasar di Talango jadi waktu yang
seharusnya Cuma 30 menit udah sampai tempat nyebrang jadi molor berjam-jam.
Bahkan hari sudah beranjak gelap kita masih di Talango, gagal menikmati sunset
di Gili labak.
Oke lah kami masih merelakan
sunset yang indah itu tapi ternyata ada masalah lagi yang harus kami hadapi.
Pak sopir di Elf yang kami sewa ga mau melanjutkan perjalanan karena jalanya memang
turun dan curam banget jadi dia ga berani. Terpaksa teman kami yang berada di
Elf harus jalan kaki, yang naik mobil sendiri juga jalan kaki karena memang
serem jalanya mana udah malam lagi. Untung aja udah mau sampai tempat
penyeberangan jadi jalan ga terlalu jauh.
Perjuangan kami berat banget ya,
udah dari Surabaya Elf ga bisa dipakai jadi harus ada yang naik bus, kesasar di
Talango dan terpaksa jalan kaki juga. Ternyata perjuangan itu belum usai, kami
harus nyebrang ke Gili Labak menggunakan perahu nelayan di tengah kegelapan
malam. Di laut ga keliatan apa-apa, ombaknya besar dan anginya juga besar. Kami
sudah seperti imigran gelap yang naik kapal tengah malam untuk mencari suaka.
Rasanya serem berada diatas kapal seperti itu, mulut komat-kamit mengucap
mantra(DISETRIP) doa dan rasanya udah pasrah. Pikiran udah ga jelas, mikir
kalau kapalnya terbalik gimana, apa yan harus dilakuin, gimana ntar keluarga di
rumah, pokoknya mikirnya udah negatif aja. Tapi kami selamat tiba di Gili Labak
tanpa kurang satu apapun.
Sampai Gili Labak ya udah gelap,
ga tau indahnya pulau ini. Jadilah kami segera mencari tempat untuk mendirikan
tenda. Kami sudah lelah hari ini, fisik dan emosi diuji. Setelah tenda berdiri
kami makan malam bersama lalu semuanya tertidur dengan lelap karena sudah
lelah.
Akhirnya pagi juga, akhirnya bisa
tau indahnya Gili Labak ini. Pasirnya putih dan lembut, lautnya biru dan
udaranya bebas polusi. Gili Labak seperti pulau pribadi, sepi banget disini,
damai. Pulau ini ga gede jadi kita bisa berjalan memutari pulau ini dan ga
bakalan kerasa capek karena pemandanganya emang keren banget. Ada yang
foto-foto, main pasir, tidur-tiduran, sarapan dan ada juga yang snorkeling.
Warga asli pulau ini juga baik
kok walaupun ga kenal sama kita. Waktu pagi hari menikmati sunrise dan jalan
mengitari pulau saya ketemu seorang nenek dan beliau menyuruh untuk mampir
rumahnya dan siang hari setelah kami membersihkan diri di dekat rumah warga ada
bapak dan ibu yang memberi kami degan gratis. kalau sudah puas main di pantai
jangan bingung untuk membersihkan badan, disekitar rumah warga ada sumur dan ada
kamar mandi ya walaupun airnya payau, yang penting kan airnya ga asin dan badan
jadi ga lengket.
Ga bakalan ada ruginya deh mengunjungi Gili
Labak. Semuanya indah dan penduduk asli sana juga ramah. Setelah puas main dan
menikmati keindahan pulau cantik ini, sekitar jam setengah 1 kami kembali
menyebrang ke Talang. Perjalanan tengah hari gini panas banget dan berhubung
kami semua capek jadinya semua tertidur diatas kapal.
Sampai di Talango kami
beristirahat dulu di rumah warga sambil menunggu Elf yang datang menjemput. Sudah
1 jam kami menunggu Elf tak kunjung datang dan ternyata karena satu dan lain
hal Elf bisa menjemput tapi sangat telat. Untuk kita ada menyewa pickup
perjalanan menuju pelabuhan untuk menyeberang ke Kalianget. Jadi lagi-lagi kita
harus bermasalah dengan Elf.
Tiba di Kalianget sudah gelap. Kemudian
kami mencari indomaret untuk istirahat sebentar, membeli beberapa makanan dan
minuman serta pamitan kepada teman-teman karena harus berpisah disini. Saya dan
teman-teman yang berasal dari Malang harus pulang dulu sedangkan teman-teman
yang lain kembali ke Surabaya.
Perjuangan untuk mencapai Gili
Labak memang berat kali ini tapi perjalanan ini penuh dengan cerita. Terima
kasih teman-teman semua, kalian semua luar biasa. See you next trip guys!! :D